Di ufuk barat terbentang sang suria merekah, redup, di telan awan
Sayup suara burung bernyanyi sendu berhias sepoi angin pelipur rindu
Ini jiwa yang kelam dalam gelapnya hati, berharap akan datang secerca sinar
Tuk pancarkan seberkas cahaya, terangi hati yang semakin kalut.
Malampun tiba, kutatap cahaya pada satu bintang di gelapnya langit
Ringan mata ini memandang penuh suka pada kejauhan
Serasa dekat hingga kumampu menggapainya
Namun…
Segenggam harapku terasa berat
Sampai ku tak sanggup menyentuhnya
Inikah rindu, atau benci pada satu bintang
Yang kupandangi sejak senja menyambut gelap
Tak kuasa kumeramuh hati
Dalam luapan kenangan di gelapnya malam
Ku cari dan terus mencari penabur hati,
Tuk padamkan sejuta kenangan indah tentang kita
Tapi, tak ada yang kudapati selain rindu pada garis-garis wajahmu
Kini, ku berkaca pada hati yang rindu
raga yang sunyi tanpa peluk
Dalam peliknya janji pada temu yang mugkin tak pasti
Aku, menginginkan bahagia
Namun, tersiksa oleh jarak
Tak mengapa bila harus seperti ini
Asalkan ku masih menyimpan sejuta kenangan
Dalam memoar-memoar kalbu
Yang mampu kuukir kembali dalam
Album yang kusebut rindu
Dalam sadarku, rindu kuabadikan
Di setiap hangatnya peluk yang setia
Pada raga tak bertuan.
Olga Vicente
Manumutin, 25 November 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar